Selasa, 08 Desember 2020

PEMERIKSAAN SITOPATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI

Di dalam laboratorium patologi anatomik kita mengenal dua komponen besar dalam pelayanan laboratorium. Dua komponen besar tersebut adalah laboratorium histopatologi dan laboratorium sitopatologi.

Laboratorium histopatologi merupakan laboratorium yang menangani spesimen berupa jaringan sedangkan laboratorium sitopatologi menangani spesimen berupa cairan atau bentukan lain yang mengandung sel-sel untuk dilakukan diagnosis. Namun kadangkala kedua laboratorium tersebut dapat berkolaborasi menjadi satu ketika spesimen berupa materi mengandung sel namun diperlakukan seperti sebuah jaringan atau organ (cytoblock/sitoblok).

Pasti Kalian bertanya-tanya apasih itu  Sitopatologi dan Histopatologi?

Sitologi merupakan salah satu bidang yang berkaitan dengan ilmu yang mempelajari tentang morfologi selsel secara individual atau sel yang berasal dari fragmen jaringan yang diamati secara mikroskopis. Sedangkan sitopatologi merupakan cabang sitologi yang khusus mempelajari tentang kelainan morfologi akibat jejas atau faktor lainnya (mikroorganisma atau kanker).

Sitopatologi adalah pemeriksaan sel tunggal atau kelompok sel kecil dari cairan atau jaringan dibawah mikroskop. Sederhananya, prosedur ini dilakukan dengan mengoleskan cairan sampel atau jaringan dari pengidap pada slide yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat jumlah sel, jenisnya, dan bagaimana rinciannya. Sitopatologi umumnya digunakan sebagai alat skrining untuk mencari penyakit dan memutuskan apakah perlu dilakukan tes lanjutan. Contoh umum dari sitopatologi adalah pap smean, sputum, dan gastric washing.

Histopatologi adalah prosedur yang melibatkan pemeriksaan jaringan utuh yang diambil melalui biopsi atau operasi dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini sering dibantu oleh penggunaan teknik pewarnaan khusus dan tes terkait lainnya, misalnya penggunaan antibodi untuk mengidentifikasi berbagai komponen jaringan pada tubuh.

A.   SITOPATOLOGI

1.     Spesimen yang diterima untuk pemeriksaan spesimen sitologik, yaitu

a.       Goresan Sel

b.      Aspirasi sel

c.       Cairan tubuh, dll

Sediaan sitologik dapat dibuat dari berbagai sumber dalam tubuh (urin, puting, dahak, vagina, sinus, dll), kerokan diperoleh (mukosa bukal, lambung, saluran pernapasan), dan dari cairan yang terkumpul di dalam tubuh (pleura, peritoneal, perikardial) bahkan dari aspirasi benjolantubuh yang terlihat atau teraba.

Spesimen sitologik diambil dengan tujuan jaringan memeriksa pada tingkat sel. Spesimen sitologik didapat dari sel yang terlepas (exfoliatif) atau sel yang terlepas dari jaringan. Jenis spesimen yang paling umum yang diterima di laboratorium patologi anatomik adalah spesimen cervical Pap Smear, hal ini dikarenakan Pap Smear merupakan salah satu program pemerintah dalam menurunkan angka kanker servik. Selain itu spesimen yang diterima di laboratorium sitologi adalah spesimen sitologi aspirasi jarum halus (FNA (Fine Needle Aspiration), dimana sel didapatkan dari jarum yang sangat tipis yang dimasukkan ke sebuah lesi berbentuk cairan (misalnya kista tiroid). Selain itu spesimen dapat berasal dari urin, dahak, cairan cerebrospinal, cairan berasal dari bilasandan lain sebagainya yang mengandung materi sel.

                    2.  Teknik dasar dalam pengambilan spesimen sitologik

Sediaan sitologik dapat menjadikan skrining untuk pencegahan suatu penyakit. Adapun secara umum terdapat teknik dasar dalam pengambilan spesimen sitologik yaitu teknik eksfoliatif (spontan dan mekanik) dan spirasi benang halus (FNA).

a.       Teknik eksfoliatif (spontan dan mekanik)

Sitologik eksfoliatif merupakan prosedur cepat dan sederhana. Teknik ini merupakan metode alternatif dari biopsi untuk situasi tertentu. Dalam sitologik eksfoliatif, sel-sel didapatkan dari permukaan tubuh yang banyak mengandung sel, seperti bagian dalam mulut, saluran reproduksi wanita dan lainnya. Sitologik eksfoliatif berbeda dengan pengambilan spesimen sitologik seperti biopsi jarum halus. Metode mengumpulkan spesimen hanya untuk menganalisis kehadiran sel-sel abnormal atau atipikal, atau dengan menunjukkan adanya selsel ganas. 

        1)     Teknik eksfoliatif Spontan

Spesimen Sel Eksfoliatif Spontan merupakan spesimen yang berisi sel-sel yang terlepas dengan sendirinya akibat mekanisme tubuh atau periode sel tersebut. Jenis-jenis spesiman sel eksfoliatif spontan adalah cairan peritoneal, cairan pleura, cairan perikardium, urin, kista, pencucian (peritoneal, kandung kemih).


 

 


Gambar 1.1.1 Sikat Servikal dan Spatula Ayre yang digunakan untuk mendapatkan spesimen sel eksfoliatif spontan

        Contoh paling awal dalam penerapan sitologi diagnosis pada penyakit manusia yaitu :

a)     Sitologi urin

Urine telah lama digunakan sebagai alat skrining untuk kanker kandung kemih Sitologik urin memiliki nilai sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi karsinoma in-situ dan lesi sistem urinaria tingkat tinggi, namun, sensitivitasnya akan menjadi lebih rendah dalam mengidentifikasi tumor tingkat rendah. Pasien yang memiliki kemungkinan kanker kandung kemih memiliki kemungkinan urin yang keluar sebanyak 150 ml setiap keluar

 

 

 

 

 



Gambar 1.1.2 Wadah spesimen urin, dimana terdapat dua wadah, satu wadah untuk menampung urin pasien, dan wadah kedua berisi larutan fiksasi untuk dicampurkan ketika urin sudah didapatkan dengan perbandingan 1:1.

b)     Sitologi Sputum

Ada banyak teknik skrining dalam mendeteksi kanker paru-paru dini seperti sitologi sputum, X-Ray dan bronkoskopi fiberoptik yang biasa digunakan untuk diagnosis dini kanker paru-paru. Spesimen yang baik untuk dilakukan pemeriksaan adalah sputum pagi. Spesimen sputum pagi merupakan sputum hasil dari akumulasi sekresi dalam waktu semalam. Spesimen sputum diambil selama tiga sampai lima hari berturut-turut untuk memastikan akurasi diagnosis yang maksimum. Pilih bagian yang berdarah, berubah warna atau padat





                    a .                                                       b.

 

Gambar 1.1.3 Gambaran sitologik sel alveolar makrofag (a) dan sel bronkial (b).


    2)     Spesimen sel eksfoliatif Mekanik

Spesimen sel eksfoliatif mekanik merupakan suatu spesimen yang didapat dari mekanisme mekanik. Mekanisme mekanik yang dimaksud adalah sikatan, penyemprotan dan kerokan.Spesimen sel eksfoliatif mekanik antara lain adalah servikal Pap smear, brushings (bronkial, lambung, empedu, mulut, dan lain-lain).

a)  Servikal Pap smear

Servikal pap smear merupakan spesimen sitologik yang termasuk ke dalam saluran reproduksi wanita servikal smear, vagina smear, dan endometrium smear

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1.1.4 Metode Pengambilan Spesimen Sitologik Servikal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1.1.5 Pembuatan Sediaan Sitologik Berbasis Cairan

a)     Brushing

Sitologik bronkial adalah metode diagnosis awal kanker paru yang sederhana dan telah banyak menarik peneliti untuk melakukan teknik-teknik pemeriksaan. Penggunaan teknik radiologi dan bronkoskop serat optik yang fleksibel memungkinkan pemeriksaan hingga ke cabang bronkial memasuki area parenkim paru





                                           a.                                                b.


Gambar 1.1.6 (a) Alat Bronkoscope yang fleksibel dalam pengambilan spesimen sitologi metode pencucian dan (b) Area cabang bronkial yang dilakukan penyikatan untuk mengambil kerokan lesi atau lapisan teratas dari epitel.

b.    Sitologik Aspirasi jarum

Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) / Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) dan jarum besar atau yang biasa disebut dengan biopsi inti atau Core Biopsy.

 

 

 

 

 

 

 


                                Gambar 1.2.1 Metode biopsi jarum halus (BJAH)

              3.  Teknik Pembuatan Sediaan Sitologik

Spesimen yang telah diidentifikasi sumber, tingkat kekeruhan dan gejala awal serta diagnosis awal pasien kemudian dilakukan pembuatan sediaan sitologik. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum teknik dilakukan.

a.  Label semua spesimen dengan identifikasi pasien, tanggal, dansumber spesimen. Gunakan pensil tebal untuk label slide dan jangan gunakan stiker label.

b.  Beri jarak kurang lebih 2 cm dari atas dan bawah kaca objek untuk melakukan pembuatan sediaan. Hal ini dikarekan ada beberapa mikroskop yang tidak mampu membaca hingga ke ujung kaca objek.

c.  Jangan gunakan formalin untuk melakukan fiksasi sitologik, kecuali ketika akan dilakukan pembuatan sitoblok.

d.    Kirim secepat mungkin spesimen yang didapatkan dari pasien. Perubahan dapat terjadi dengan cepat pada spesimen sitologik seperti perubahan pada mikroorganisme (30 menit) dan fagositosit eritrosit (beberapa jam setelah spesimen didapat). Namun ketika spesimen sulit untuk diproses (jarak laboratorium jauh atau jumlah sediaan yang akan diproses terlalu banyak), maka spesimen dapat disimpan ke dalam lemari pendingin, hindari kontak langsung dengan es dan jangan dibekukan.

                    4.  Akurasi Pemeriksaan Sitopatologi

Akurasi pemeriksaan sitologi dari bagian-bagian tubuh sangat tergantung pada kualitas sediaan, persiapan, pewarnaan dan interpretasi dari sediaan itu. Kekurangan dalam setiap langkah-langkah ini akan mempengaruhi kualitas sediaan sitologik. Akurasi dan presisi dalam sitologi diagnostik merupakan isu utama dalam praktek sitologi. Interpretasi yang akurat dari spesimen sitologik tergantung pada faktor-faktor berikut:

a.        Metode pengumpulan spesimen.

b.      Fiksasi dan fiksatif

c.       Teknik Pembuatan Sediaan Sitologik.

d.      Pewarnaan dan penutupan sediaan sitologik


B.   HISTOPATOLOGI

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu

Histopatologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara) atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak.

Teknik histopatologi adalah seni dan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh teknisi untuk membuat potongan jaringan dengan kualitas yang baik sehingga memungkinkan patologis untuk mendiagnosis ada atau tidaknya suatu kelainan.  Fiksasi adalah faktor kunci pertama untuk memastikan kualitas sediaan histopatologi. Pemilihan cairan fiksatif  dan protokol fiksasi tergantung kepada tambahan tahap pengolahan jaringan dan analisis akhir yang direncanakan.

1.   Histopatologi adalah Tentang Biopsi dan Pemeriksaan Jaringan

Histopatologi melibatkan pemeriksaan jaringan sampel di bawah mikroskop. Sampel bisa berupa potongan-potongan kecil jaringan yang diperoleh dari bagian tubuh dengan menggunakan teknik yang disebut biopsi atau sampel yang diambil dari seluruh organ maupun bagian organ yang diambil selama operasi.

Sebagian besar biopsi yang dilakukan adalah untuk mengambil sampel kecil dari area tubuh di mana diduga memiliki penyakit. Prosedur tersebut disebut juga biopsi “insisional” dan biasanya pembedahan atau perawatan tambahan mungkin direkomendasikan setelah diagnosis dibuat.

Namun, biopsi yang dilakukan bisa juga mencakup seluruh area yang terkena seperti tahi lalat kulit. Prosedur tersebut disebut biopsi “eksisi”. Setelah itu, pemeriksaan area kulit yang berdekatan dan tidak terlibat akan dilakukan untuk membantu memverifikasi bahwa area yang terkena telah sepenuhnya dihilangkan.

Setelah jaringan yang ingin diperiksa didapatkan, pada pemeriksaan histopatologi, jaringan tersebut akan melalui beberapa tahapan pemeriksaan yang lengkap, dimulai dari fiksasi (pengawetan), pemotongan makroskopis, lalu diproses sampai siap menjadi slide atau preparat yang kemudian dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis.

Perbedaan utama antara pemeriksaan histopatologi dan sitologi terdapat pada hasilnya. Pada pemeriksaan histopatologi, struktur jaringan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan pada pemeriksaan sitologi hanya nampak gambaran sel-sel tubuh secara umum tanpa terlihat struktur jaringannya. Hasil dari kedua pemeriksaan tersebut, kemudian akan dianalisa oleh Dokter Spesialis Patologi Anatomi untuk menilai ada tidaknya keganasan, menentukan jenis tumor, stadium atau grading, apakah sudah terjadi metastasis (menyebar) atau belum, ataukah hanya infeksi akut atau kronik dan berbagai kelainan lainnya.

2.   Spesimen yang diterima untuk pemeriksaan spesimen Histopatologi, yaitu

a.       Biopsi Jarum

b.      Biopsi Endoskopi

c.       Biopsi Eksisi, dll

spesimen untuk laboratorium histopatologi, dimana spesimen untuk laboratorium histopatologi adalah seluruh organ yang diambil dari pasien baik berukuran kecil maupun berukuran besar.


 

            Gambar 2.2.1 Histologi Organ Hati (H), Ginjal (G), dan Otak (O)


3.   Larutan fiksatif yang paling umum digunakan untuk histopatologi

Larutan fiksatif yang paling umum digunakan untuk histopatologi adalah larutan 4% formaldehid yang biasa disebut dengan formalin 10%. Penggunaan larutan ini telah 50 tahun digunakan, hal ini dikarenakan larutan fiksatif dapat mempertahankan ph netral dan memiliki tekanan osmotik yang sama dengan cairan ekstraseluler. Untuk memastikan bahwa penggunaan formalin mencapai pH yang netral maka dilakukan dengan menambah garam sehingga disebut dengan netral buffered formalin, atau NBF. Larutan NBF melakukan kerjanya sebagai agen fiksasi bukan dengan koagulasi, tetapi dengan menambahkan ke sisi-rantai dasar asam amino, terutama lisin, dan ikatan peptida dari atom amida nitrogen.


PEMERIKSAAN SITOPATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI

Di dalam laboratorium patologi anatomik kita mengenal dua komponen besar dalam pelayanan laboratorium. Dua komponen besar tersebut adalah la...