Di dalam laboratorium patologi
anatomik kita mengenal dua komponen besar dalam pelayanan laboratorium. Dua
komponen besar tersebut adalah laboratorium histopatologi dan laboratorium
sitopatologi.
Laboratorium histopatologi
merupakan laboratorium yang menangani spesimen berupa jaringan sedangkan
laboratorium sitopatologi menangani spesimen berupa cairan atau bentukan lain
yang mengandung sel-sel untuk dilakukan diagnosis. Namun kadangkala kedua
laboratorium tersebut dapat berkolaborasi menjadi satu ketika spesimen berupa
materi mengandung sel namun diperlakukan seperti sebuah jaringan atau organ
(cytoblock/sitoblok).
Pasti Kalian bertanya-tanya apasih itu Sitopatologi dan Histopatologi?
Sitologi merupakan salah satu
bidang yang berkaitan dengan ilmu yang mempelajari tentang morfologi selsel
secara individual atau sel yang berasal dari fragmen jaringan yang diamati
secara mikroskopis. Sedangkan sitopatologi merupakan cabang sitologi yang
khusus mempelajari tentang kelainan morfologi akibat jejas atau faktor lainnya
(mikroorganisma atau kanker).
Sitopatologi adalah pemeriksaan sel tunggal atau kelompok sel kecil dari cairan
atau jaringan dibawah mikroskop. Sederhananya, prosedur ini dilakukan dengan
mengoleskan cairan sampel atau jaringan dari pengidap pada slide yang kemudian
diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat jumlah sel, jenisnya, dan bagaimana
rinciannya. Sitopatologi umumnya digunakan sebagai alat skrining untuk mencari
penyakit dan memutuskan apakah perlu dilakukan tes lanjutan. Contoh umum dari sitopatologi
adalah pap smean, sputum, dan gastric washing.
Histopatologi adalah prosedur yang melibatkan pemeriksaan jaringan utuh yang
diambil melalui biopsi atau operasi dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini sering
dibantu oleh penggunaan teknik pewarnaan khusus dan tes terkait lainnya,
misalnya penggunaan antibodi untuk mengidentifikasi berbagai komponen jaringan
pada tubuh.
A.
SITOPATOLOGI
1.
Spesimen yang diterima untuk pemeriksaan spesimen sitologik, yaitu
a.
Goresan Sel
b.
Aspirasi sel
c.
Cairan tubuh,
dll
Sediaan sitologik dapat dibuat dari berbagai sumber dalam tubuh
(urin, puting, dahak, vagina, sinus, dll), kerokan diperoleh (mukosa bukal,
lambung, saluran pernapasan), dan dari cairan yang terkumpul di dalam tubuh
(pleura, peritoneal, perikardial) bahkan dari aspirasi benjolantubuh yang
terlihat atau teraba.
Spesimen sitologik diambil dengan tujuan jaringan memeriksa pada tingkat sel. Spesimen sitologik didapat dari sel yang terlepas (exfoliatif) atau sel yang terlepas dari jaringan. Jenis spesimen yang paling umum yang diterima di laboratorium patologi anatomik adalah spesimen cervical Pap Smear, hal ini dikarenakan Pap Smear merupakan salah satu program pemerintah dalam menurunkan angka kanker servik. Selain itu spesimen yang diterima di laboratorium sitologi adalah spesimen sitologi aspirasi jarum halus (FNA (Fine Needle Aspiration), dimana sel didapatkan dari jarum yang sangat tipis yang dimasukkan ke sebuah lesi berbentuk cairan (misalnya kista tiroid). Selain itu spesimen dapat berasal dari urin, dahak, cairan cerebrospinal, cairan berasal dari bilasandan lain sebagainya yang mengandung materi sel.
2. Teknik dasar dalam pengambilan spesimen sitologik
Sediaan
sitologik dapat menjadikan skrining untuk pencegahan suatu penyakit. Adapun
secara umum terdapat teknik dasar dalam pengambilan spesimen sitologik yaitu
teknik eksfoliatif (spontan dan mekanik) dan spirasi benang halus (FNA).
a.
Teknik
eksfoliatif (spontan dan mekanik)
Sitologik eksfoliatif merupakan prosedur cepat dan sederhana.
Teknik ini merupakan metode alternatif dari biopsi untuk situasi tertentu.
Dalam sitologik eksfoliatif, sel-sel didapatkan dari permukaan tubuh yang
banyak mengandung sel, seperti bagian dalam mulut, saluran reproduksi wanita
dan lainnya. Sitologik eksfoliatif berbeda dengan pengambilan spesimen
sitologik seperti biopsi jarum halus. Metode mengumpulkan spesimen hanya untuk
menganalisis kehadiran sel-sel abnormal atau atipikal, atau dengan menunjukkan
adanya selsel ganas.
1)
Teknik
eksfoliatif Spontan
Spesimen Sel Eksfoliatif Spontan merupakan spesimen yang berisi
sel-sel yang terlepas dengan sendirinya akibat mekanisme tubuh atau periode sel
tersebut. Jenis-jenis spesiman sel eksfoliatif spontan adalah cairan
peritoneal, cairan pleura, cairan perikardium, urin, kista, pencucian (peritoneal,
kandung kemih).
Gambar
1.1.1 Sikat Servikal dan Spatula Ayre yang digunakan untuk mendapatkan spesimen
sel eksfoliatif spontan
Contoh paling awal dalam penerapan sitologi diagnosis pada penyakit
manusia yaitu :
a)
Sitologi urin
Urine telah lama digunakan sebagai alat skrining untuk kanker kandung kemih Sitologik urin memiliki nilai sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi karsinoma in-situ dan lesi sistem urinaria tingkat tinggi, namun, sensitivitasnya akan menjadi lebih rendah dalam mengidentifikasi tumor tingkat rendah. Pasien yang memiliki kemungkinan kanker kandung kemih memiliki kemungkinan urin yang keluar sebanyak 150 ml setiap keluar
Gambar
1.1.2 Wadah spesimen urin, dimana terdapat dua wadah, satu wadah untuk
menampung urin pasien, dan wadah kedua berisi larutan fiksasi untuk dicampurkan
ketika urin sudah didapatkan dengan perbandingan 1:1.
b)
Sitologi
Sputum
Ada banyak teknik skrining dalam mendeteksi kanker paru-paru dini
seperti sitologi sputum, X-Ray dan bronkoskopi fiberoptik yang biasa digunakan
untuk diagnosis dini kanker paru-paru. Spesimen yang baik untuk dilakukan
pemeriksaan adalah sputum pagi. Spesimen sputum pagi merupakan sputum hasil
dari akumulasi sekresi dalam waktu semalam. Spesimen sputum diambil selama tiga
sampai lima hari berturut-turut untuk memastikan akurasi diagnosis yang
maksimum. Pilih bagian yang berdarah, berubah warna atau padat
a . b.
Gambar
1.1.3 Gambaran sitologik sel alveolar makrofag (a) dan sel bronkial (b).
2)
Spesimen sel
eksfoliatif Mekanik
Spesimen sel eksfoliatif mekanik merupakan suatu spesimen yang
didapat dari mekanisme mekanik. Mekanisme mekanik yang dimaksud adalah sikatan,
penyemprotan dan kerokan.Spesimen sel eksfoliatif mekanik antara lain adalah
servikal Pap smear, brushings (bronkial, lambung, empedu, mulut, dan
lain-lain).
a)
Servikal Pap
smear
Servikal pap smear merupakan spesimen sitologik yang termasuk ke
dalam saluran reproduksi wanita servikal smear, vagina smear, dan endometrium
smear
![]() |
Gambar 1.1.4 Metode Pengambilan Spesimen
Sitologik Servikal.
Gambar 1.1.5 Pembuatan Sediaan Sitologik Berbasis Cairan
a) Brushing
Sitologik bronkial adalah metode diagnosis awal kanker paru yang
sederhana dan telah banyak menarik peneliti untuk melakukan teknik-teknik
pemeriksaan. Penggunaan teknik radiologi dan bronkoskop serat optik yang
fleksibel memungkinkan pemeriksaan hingga ke cabang bronkial memasuki area
parenkim paru
a. b.
Gambar
1.1.6 (a) Alat Bronkoscope yang fleksibel dalam pengambilan spesimen sitologi
metode pencucian dan (b) Area cabang bronkial yang dilakukan penyikatan untuk
mengambil kerokan lesi atau lapisan teratas dari epitel.
b.
Sitologik
Aspirasi jarum
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) / Fine Needle Aspiration
Biopsy (FNAB) dan jarum besar atau yang biasa disebut dengan biopsi inti
atau Core Biopsy.
Gambar 1.2.1 Metode biopsi jarum halus (BJAH)
3. Teknik Pembuatan Sediaan Sitologik
Spesimen
yang telah diidentifikasi sumber, tingkat kekeruhan dan gejala awal serta diagnosis
awal pasien kemudian dilakukan pembuatan sediaan sitologik. Adapun hal-hal yang
harus diperhatikan sebelum teknik dilakukan.
a. Label semua
spesimen dengan identifikasi pasien, tanggal, dansumber spesimen. Gunakan
pensil tebal untuk label slide dan jangan gunakan stiker label.
b. Beri jarak
kurang lebih 2 cm dari atas dan bawah kaca objek untuk melakukan pembuatan
sediaan. Hal ini dikarekan ada beberapa mikroskop yang tidak mampu membaca
hingga ke ujung kaca objek.
c. Jangan
gunakan formalin untuk melakukan fiksasi sitologik, kecuali ketika akan dilakukan
pembuatan sitoblok.
d. Kirim secepat
mungkin spesimen yang didapatkan dari pasien. Perubahan dapat terjadi dengan
cepat pada spesimen sitologik seperti perubahan pada mikroorganisme (30 menit)
dan fagositosit eritrosit (beberapa jam setelah spesimen didapat). Namun ketika
spesimen sulit untuk diproses (jarak laboratorium jauh atau jumlah sediaan yang
akan diproses terlalu banyak), maka spesimen dapat disimpan ke dalam lemari
pendingin, hindari kontak langsung dengan es dan jangan dibekukan.
4. Akurasi Pemeriksaan Sitopatologi
Akurasi
pemeriksaan sitologi dari bagian-bagian tubuh sangat tergantung pada kualitas sediaan,
persiapan, pewarnaan dan interpretasi dari sediaan itu. Kekurangan dalam setiap
langkah-langkah ini akan mempengaruhi kualitas sediaan sitologik. Akurasi dan
presisi dalam sitologi diagnostik merupakan isu utama dalam praktek sitologi. Interpretasi
yang akurat dari spesimen sitologik tergantung pada faktor-faktor berikut:
a.
Metode pengumpulan spesimen.
b.
Fiksasi dan
fiksatif
c.
Teknik
Pembuatan Sediaan Sitologik.
d.
Pewarnaan dan
penutupan sediaan sitologik
B. HISTOPATOLOGI
Histopatologi adalah cabang biologi yang
mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit.
Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena
salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil
pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu
Histopatologi dapat dilakukan dengan
mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara)
atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan
kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu
penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak.
Teknik histopatologi adalah seni dan ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh teknisi untuk membuat potongan jaringan dengan
kualitas yang baik sehingga memungkinkan patologis untuk mendiagnosis ada atau
tidaknya suatu kelainan. Fiksasi adalah
faktor kunci pertama untuk memastikan kualitas sediaan histopatologi. Pemilihan
cairan fiksatif dan
protokol fiksasi tergantung kepada tambahan tahap pengolahan jaringan dan
analisis akhir yang direncanakan.
1.
Histopatologi adalah Tentang Biopsi dan Pemeriksaan Jaringan
Histopatologi melibatkan pemeriksaan jaringan
sampel di bawah mikroskop. Sampel bisa berupa potongan-potongan kecil jaringan
yang diperoleh dari bagian tubuh dengan menggunakan teknik yang disebut biopsi
atau sampel yang diambil dari seluruh organ maupun bagian organ yang diambil
selama operasi.
Sebagian besar biopsi yang dilakukan adalah
untuk mengambil sampel kecil dari area tubuh di mana diduga memiliki penyakit.
Prosedur tersebut disebut juga biopsi “insisional” dan biasanya pembedahan atau
perawatan tambahan mungkin direkomendasikan setelah diagnosis dibuat.
Namun, biopsi yang dilakukan bisa juga
mencakup seluruh area yang terkena seperti tahi lalat kulit. Prosedur tersebut
disebut biopsi “eksisi”. Setelah itu, pemeriksaan area kulit yang berdekatan
dan tidak terlibat akan dilakukan untuk membantu memverifikasi bahwa area yang
terkena telah sepenuhnya dihilangkan.
Setelah jaringan yang ingin diperiksa
didapatkan, pada pemeriksaan histopatologi, jaringan tersebut akan melalui
beberapa tahapan pemeriksaan yang lengkap, dimulai dari fiksasi (pengawetan),
pemotongan makroskopis, lalu diproses sampai siap menjadi slide atau preparat
yang kemudian dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis.
Perbedaan utama antara pemeriksaan
histopatologi dan sitologi terdapat pada hasilnya. Pada pemeriksaan
histopatologi, struktur jaringan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan pada
pemeriksaan sitologi hanya nampak gambaran sel-sel tubuh secara umum tanpa
terlihat struktur jaringannya. Hasil dari kedua pemeriksaan tersebut, kemudian
akan dianalisa oleh Dokter Spesialis Patologi Anatomi untuk menilai ada
tidaknya keganasan, menentukan jenis tumor, stadium atau grading, apakah sudah
terjadi metastasis (menyebar) atau belum, ataukah hanya infeksi akut atau
kronik dan berbagai kelainan lainnya.
2.
Spesimen yang diterima untuk pemeriksaan spesimen Histopatologi,
yaitu
a.
Biopsi Jarum
b.
Biopsi
Endoskopi
c.
Biopsi
Eksisi, dll
spesimen
untuk laboratorium histopatologi, dimana spesimen untuk laboratorium
histopatologi adalah seluruh organ yang diambil dari pasien baik berukuran
kecil maupun berukuran besar.
Gambar 2.2.1
Histologi Organ Hati (H), Ginjal (G), dan Otak (O)
3.
Larutan fiksatif yang paling umum digunakan untuk histopatologi
Larutan
fiksatif yang paling umum digunakan untuk histopatologi adalah larutan 4% formaldehid yang biasa disebut dengan formalin
10%. Penggunaan larutan ini telah 50 tahun digunakan, hal ini dikarenakan
larutan fiksatif dapat mempertahankan ph netral dan memiliki tekanan osmotik
yang sama dengan cairan ekstraseluler. Untuk memastikan bahwa penggunaan
formalin mencapai pH yang netral maka dilakukan dengan menambah garam sehingga
disebut dengan netral buffered formalin, atau NBF. Larutan NBF melakukan
kerjanya sebagai agen fiksasi bukan dengan koagulasi, tetapi dengan menambahkan
ke sisi-rantai dasar asam amino, terutama lisin, dan ikatan peptida dari atom
amida nitrogen.

